Rabu, 30 Januari 2019

Sejarah tari barong



Tari Barong, Bali – Salah Satu Bagian Dari Khasanah Budaya Pra Hindu Bali

 posted in: BaliSejarahSeni dan BudayaTari |  3

Tari Barong Bali adalah salah satu jenis tari tradisional Bali yang dimainkan oleh satu hingga dua orang yang menggunakan kostum dan bertopeng hewan berkaki empat. Kemudian seiring perkembangannya, Tari Barong juga diwujudkan dengan binatang berkaki dua.
Tari Barong dikatakan sebagai kesenian yang menjadi bagian dari khasanah kebudayaan pra Hindu di Bali selain Tarian Sanghyang. Keduanya bersifat religius dan sakral yang awalnya dipentaskan sebagai sarana upacara keagamaan.
Tari ini lebih menggambarkan pertarungan antara dharma (Kebajikan) dan adharma (Kebatilan). Dalam peperangan tersebut kebajikan diwujudkan oleh penari Barong sedangkan untuk kebatilan diperankan oleh sesosok Rangda yang berpenampilan menyeramkan dengan dua taring runcing di mulutnya.
Istilah “Barong” sendiri diyakini berasal dari kata “Bahrwang” yang dimaknai sebagai beruang yang dalam mitosnya memiliki kekuatan gaib tinggi sehingga dipuja sebagai pelindung.

Sejarah Tari Barong Bali

Terdapat beragam pendapat yang ikut mewarnai sejarah Tari Barong di Bali. Ada yang berpendapat bahwa kesenian ini telah lama ada di Indonesia dan menjadi bagian dari kesenian masyarakat Austronesia.
Kesenian yang dimaksud adalah menceritakan kisah tentang Bhatara Pancering Jagat dan istrinya yakni Ratu Ayu Pingit Dalem Dasar.
Sementara itu, ada juga yang mengatakan bahwa tari ini berasal dari cerita suci dalam Itihasa Bali. Perihal kisah tentang Barong dan Rangda ada kaitannya dengan cerita ketika Siwa mencari Dewi Uma.
Beberapa sumber yang lain mengatakan bahwa Barong merupakan saduran dari Barongsai dalam cerita masyarakat Tiongkok. Pendapat ini banyak dibantah karena adanya perbedaan yang sangat jelas, yang mana Tari Barong memiliki nilai cerita yang baik dan seringkali diselingi dengan humor.
Adapun Wikipedia menyebutkan bahwa Barong Bali adalah metamorphosis dari Reog Ponorogo yang dibawa oleh Raja Airlangga saat mengungsi ke Pulau Bali.
Kemudian dalam perkembangannya Barong Ponorogo (Reog) mengalami perubahan bentuk dan cerita yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat Bali. Di Bali, barong kemudian difungsikan sebagai sarana dalam kegiatan spiritual keagamaan.
Pengaruh dari Barong Ponorogo bisa dilihat saat tampil tanpa mahkota merak, sedangkan Topeng Rangda mendapatkan pengaruh dari Topeng Bujang Ganong.
Pengaruh lainnya adalah kesamaan sekelompok orang yang mendalami ilmu kesaktian pada orang tua, sama halnya dengan perilaku warok muda yang mendalami kesaktian dari Warok Tua yang hingga saat ini tetap menjadi Tradisi.
Terlepas dari beragam pendapat perihal Sejarah Tari Barong diatas, kesenian ini juga diyakini pertama kali tampil dan dijadikan sebuah seni pertunjukan adalah pada kisaran abad ke-19.
Saat itu Raja Kelungkung yang bernama Ida I Dewi Agung Sakti meminta diadakannya sebuah pertunjukan sejenis Wayang Orang yang melibatkan 36 penari.
Sebagian penari berperan sebagai pasukan dari seekor raja kera dan sebagian lainnya menjadi pasukan rahwana. Para penari diharuskan untuk menggunakan topeng dan busana yang terbuat dari Braksok.
Selanjutnya, pertunjukan ini pun semakin populer di masyarakat dan diberi nama Barong Kadingkling atau Barong Blasblasan. Menariknya jika kesenian ini ditampilkan di suatu desa, maka diyakini pohon kelapa yang ada didesa tersebut akan menjadi sangat subur.

Fungsi Tari Barong Bali

Secara mitologis tari ini ditujukan untuk mengusir penyakit yang ditimbulkan oleh roh jahat (leak) yang mengganggu manusia. Bahkan saking sakralnya Tari Barong oleh masyarakat bali diberi gelar tinggi yang dikatakan setara dengan kekuasaan dewa-dewa umat Hindu.
Gelar yang dimaksud meliputi Ratu Lingsir, Raktu Sakti, Ratu Gede dan lain sebagainya. Penamaan tersebut dikarenakan Barong secara mitologis dianggap sebagai penjelmaan atau simbol dari Dewa Brahma untuk menghalau roh jahat yang akan menyebarkan penyakit di dunia.
Seiring perkembangan, sama halnya dengan beberapa tarian tradisional lain, tari ini juga tidak luput dari perubahan fungsi. Perubahan tersebut lebih diakibatkan oleh pengaruh struktur sosial masyarakat Bali.
Disamping itu juga ditengarai oleh idealisme dan kepentingan beberapa kelompok masyarakat Bali yakni kelompok seniman, pariwisata, adat, agama dan pemerintah.
Sebagai jalan tengah maka dibuatlah pementasan Barong Profan yang menyerupai pementasan Barong Sakral sebagai budaya baru yang diharapkan menjadi batas sakral dan tidaknya Tari Barong dalam masyarakat Bali.
Perbedaan keduanya dapat dilihat dari beberapa sisi, termasuk tempat pelaksanaan, kepemimpinan, aktor, waktu, wadah, gerakan, cerita hingga ritualismenya.

Jenis Tari Barong Bali
Keberagaman jenis juga turut mewarnai keberadaan Tari Barong di Bali. Banyaknya jenis tarian ini lebih dikarenakan masing-masing kawasan yang ada di Bali memiliki roh penjaga tersendiri yang kemudian digambarkan dalam bentuk satwa-satwa tertentu.
Jenis-Jenis Tari Barong Bali diantaranya sebagai berikut :
  • Barong Ket
Barong Ket atau Keket adalah jenis yang paling umum dipentaskan di Bali dan yang paling lengkap dalam pembendaharaan gerak tari. Dalam bentuknya, Barong ini memadukan bentuk Singa, Macan, Sapi dan Naga.
Badannya dihias oleh kulit berukir rumit dengan ratusan kaca cermin berukuran kecil yang terlihat seperti permata ketika ditimpa cahaya. Barong ini ditarikan oleh dua orang penari yakni Juru Saluk dan Juru Bapang.
Dalam pertunjukannya tari ini biasanya dipasangkan dengan Rangda yakni sosok seram yang melambangkan keburukan. Pementasan Tari Barong Ket dan Rangda adalah lambang pertempuran abadi antara dua hal yang berlawanan (kebaikan dan keburukan) dengan diiringi oleh Gamelan Semar Pangulingan.

Barong Gajah Tampilan Barong Gajah ini cukup seram karena memiliki taring yang mencuat. Warna Barong Gajah didominasi abu-abu yang...