Rabu, 10 April 2019

                 Asal-usul Barong Bangkal



Bangkal artinya babi besar yang berumur tua. Bangkal dianggap sebagai binatang mitos yang mengingatkan cerita kelahiran Bhoma. Ketika Brahma dan Visnu masing-masing menunujukkan kehebatannya, muncul Siva dalam wujud ‘Linga’ kristal ujung atasnya menembus langit dan pangkal bawahnya masuk ke dalam bumi. Brahma mencari ujung atasnya dalam wujud burung layang-layang dan Visnu mencari ujung pangkalnya dengan berubah wujud menjadi seekor babi yang buas. Barong ini biasanya ‘ngelawang’ (datang ke depan rumah-rumah penduduk) untuk menari sebagai pengusir kekuatan jahat dalam rangkaian hari raya Galungan dan Kuningan.   

Oleh sebab itu Barong ini menyerupai seekor Bangkal atau Bangkung, Barong ini biasa juga disebut Barong Celeng atau Barong Bangkung. Umumnya dipentaskan dengan berkeliling Desa (Ngelelawang) oleh dua orang penari pada hari-hari tertentu yang dianggap keramat atau saat terjadinya wabah penyakit menyerang Desa tanpa membawakan sebuah lakon dan diiringi dengan Gamelan Batel atau Tetaburan.

Batel Barong adalah sebuah Barung Alit yang dipakai mengiringi tari Barong Landung atau Barong Bangkal. Dalam banyak hal Barungan ini merupakan pengiring prosesi, karena dimainkan sambil berjalan. Batel Barong dibentuk oleh sejumlah alat musik pukul seperti:


Jumlah Satuan Instrumen
2 Buah kendang kerumpung

1 Buah kajar

1 Buah kempur

1 Buah kleneng
1 Buah klentong

1 ceng-ceng kecek

Agak berbeda dengan barungan gamelan Bali lainnya, Batel Barong tidak mempergunakan instrumen pembawa melodi. Oleh karena itu musik yang ditampilkan cenderung ritmis dan dinamis.


Ngelelawang adalah pertunjukan bersifat wali dan hiburan, umumnya berupa wali Barong, Telek, Barong Kedingkling, Arja, yang bergerak dari pintu ke pintu rumah yang lain, dengan mempunyai tujuan mistik untuk meniadakan kekuatan buruk (Siwagama). Sesuai arti katanya, ngelawang dilakukan secara berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lainnya atau dari satu pintu ke pintu lainnya. Di dalam tarian ini ditampilkan 2 buah Barong Buntut (hanya bagian depan dari barong ket) dan sebuah Punggalan. Barong yang dipergunakan dalam tradisi ngeLawang disini adalah Barong Bangkung (berupa sosok Babi) dan bukan Barong Ket.
Ngelawang memiliki makna melanglang lingkungan. Pada awalnya ngelawang adalah sebuah ritus sakral magis yang disangga oleh psiko-religi yang kuat. Benda-benda keramat seperti Barong dan Rangda, misalnya, diusung ke luar pura berkeliling di lingkungan banjar atau desa yang dimaknai sebagai bentuk perlindungan secar a niskala kepada seluruh masyarakat.
Kehadiran benda-benda yang disucikan itu ditunggu dan disongsong dengan takzim oleh komunitasnya. Penduduk yang dapat memungut bulu-bulu Barong atau Rangda yang tercecer, dengan penuh keyakinan, menjadikannya obat mujarab atau jimat bertuah.
Tradisi ngelawang dalam konteks sakral magis sebagai persembahan penolak bala itu juga bermakna sama pada pentas ngelawang Galungan. Namun dalam perjalanannya, masyarakat Bali yang kreatif tak hanya ngelawang mengusung benda-benda sakral namun dibuat tiruannya untuk disajikan sebagai ngelawang tontonan. Itu merupakan sedikit dari asal muasal dan fungsi dari ngelawang.
Anak-anak di Kabupaten Tabanan, Bali, memiliki kegiatan unik yang mendatangkan uang untuk mengisi libur sekolah mereka. Mereka mengamen, namun dengan menggunakan alat-alat musik tradisional dan sejenis barongsai yang kerap disebut Ngelawang Barong.
Hampir sebagian anak-anak sekolah di Tabanan,Kerambitan , Bali, selama liburan galungan dan kuningan, memanfaatkan hari-harinya untuk mencari tambahan jajan dengan mengamen keliling. Uniknya kegiatan mengamen yang mereka lakukan, tidak menggunakan alat musik gitar, melainkan musik tradisional khas Bali, berupa seperangkat gamelan sederhana,yang terdiri dari kendang,kecek,kempul,serta beberapa perangkat tambahan lain dan barong. Dalam bahasa Bali kegiatan ini disebut Ngelawang Barong.

5 komentar:

Barong Gajah Tampilan Barong Gajah ini cukup seram karena memiliki taring yang mencuat. Warna Barong Gajah didominasi abu-abu yang...